Suatu ketika Rani sedang
termenung dalam kegelapan sunyi, angin meniupkan helai rambutnya. Rani meratapi
sebuah hasil jerih payahnya yang mendapat nilai jauh dibawah cukup. Sepanjang
malam dia merenung terdiam bagai tak ada semangat dari dalam dirinya. Rani yang
dulu riang, yang dulu ceria, yang dulu aktif, kini hanya ulasan belaka. Akibat
sebuah nilai yang jauh dibawah cukup, cacian hinaan ia dapatkan. Sungguh ironis
kisah Rani pada saat itu.
Esokpun tiba, hari seperti biasa.
Rani berjalan menuju kearah air yang mengalir, dibasuhnya muka dan tangannya.
“Ya Tuhan, apa salah ku hingga Engkau memberikan cobaan yang cukup berat ini”,
ucap Rani dengan air mata mengalir deras. Kembalilah Rani merenung diteras
rumahnya. Secarik kertas dan satu tangkai bolpen menemaninya, dia torehkan
semua apa yang ia rasakan dalam ke dalam kertas.
“Nilai, seberapa berharganya dirimu hingga kau menjadikan aku seperti
ini, nilai mutlak dari jerih payah ku, kau hargai berapa!. Aku sudah berusaha
semampu ku, tapi mengapa kau tak memberikan ku kesempatan untuk mendapatkan mu
yang lebih baik.”
Masih banyak
lagi perasaan yang ia tuangkan dalam kertas tersebut. Rani, wajah pucat rambut
kusam tiada terawat.
Ketika Rani
sedang menulis, tiba-tiba ada seorang gadis yang mengintipnya, Yola namanya.
Gadis cantik dan pintar, ia tinggal tidak jauh dari rumah Rani.
Melihat Rani
dengan penampilan yang kotor, Yola iba melihatnya. Kemudian Yola mendekatinya
dengan perlahan-lahan. Rani terkejut melihat Yola didepannya, dengan muka panik
Rani melempar kertas dan bolpennya ke arah Yola, Rani pun kemudian lari kedalam
rumahnya. Melihat kertas yang dilempar Rani, Yola pun mengambilnya dan kemudian
dibawanya pulang.
Sesampai
dirumah kertas yang dilempar oleh Rani kemudian dibaca oleh Yola. Mata Yola
berkaca-kaca ketika membaca kertas itu. Kertas itu berisi curahan perasaan Rani
atas kekecewaannya terhadap nilai yang ia dapat. Pada saat itu Yola tergugah
nalurinya untuk memberikan suatu motivasi kepada Rani agar mau berusaha kembali
bangkit dari keterpurukannya.
Keesokan
harinya Yola berkunjung ke rumah Rani. Seperti biasa Rani sedang menulis di
depan rumahnya. Dengan wajah yang ramah Yola pun menyapa Rani, dimaksudkan agar
Rani tidak terkejut dan lari melihatnya.
“Rani, How are
you?” tanya Yola.
Tidak ada jawaban
dari Ran. Kemudian Yola memegang tangan Rani dengan hati-hati. Rani kaget
dengan apa yang dilakukan oleh Yola. Yola pun berusaha menenangkan Rani.
“mau apa
kamu”, ujar Rani.
Dengan lembut
Yola menanggapi Rani, dengan penuh perhatian yang lebih. Tak lama Rani pun luluh
dengan Yola, suasanapun sudah tenang. Yola mengetahui permasalahan yang
dihadapi oleh Rani saat ini. Yola berusaha membujuk Rani untuk bermain
dengannya. Yola mengajak Rani pergi ke sungai tak jauh dari rumahnya. Guna yola
mengajak Rani ke sungai adalah agar pikiran Rani sedikit rileks, dengan dibantu
oleh alam yang masih murni dan suara air yang begitu deras.
Pada saat Rani
dan Yola bermain di sungai, Rani mulai senang dan merasa bebannya berkurang.
Sedikit-demi sedikit wajah muram Rani hilang secara perlahan. Melihat hal itu
Yola mulai mengajak Rani untuk berbagi cerita tentang hal yang digemari Rani
waktu dulu. Hal demikian dilakukan agar Rani terbawa dengan masa yang indah
terlebih dahulu agar tidak ada rasa tertekan pada diri Reni mengingat adanya
peningkatan yang positif dari diri Reni.
Setiap hari
Yola berkunjung ke rumah Rani. Rani dengan hangat menyambut Yola. Mereka
kemudian berteman akrab.
Tanpa
sepengetahuan Rani, diam-diam Yola telah mengirim tulisan-tulisan Rani ke
sebuah lomba menulis karangan. Yola mengajak Rani untuk menghadiri acara
tersebut tanpa mengetahui bahwa acara tersebut adalah puncak dari pengumuman
lomba yang mengikutsertakan tulisan Rani. Setiba disana Rani tampak kebingungan
karena belum pernah ia menghadiri acara-acara semewah itu.
“untuk apa
kita kesini Yola?” tanya Rani.
“ya untuk kamu
lah” jawab Yola.
“untuk
aku?(bingung) memangnya aku kenapa?”
“maaf ya Ran
sebelumya, kamu ingat tidak, dulu waktu kita pertama ketemu. Kamu melempar
kertas-kertas ke aku. Kertas itu aku baca, dan isinya itu bagis sekali maka
dari itu aku kirimkan tulisan kamu untuk diikutkan lomba” Yola cemas.
“Yola, aku kan
malu. Isi dari kertas itu tak pantas untuk aku perlihatkan ke orang banyak”
“tidak Ran,
menurutku itu tulisan bagus sekali. Dengan mengikuti lomba ini orang-orang yang
pernah menghina kamu dan mencaci kamu sadar bahwa nilai jelek bukan akhir dari
segalanya dan bukan harga mati. Kamu mempunyai bakat dibidang lain, contohnya
dalam menulis. Kamu adalah seorang penulis yang hebat.” Yola meyakinkan Rani.
“tapi aku tak
yakin dengan tulisan ku, apakah diterima atau tidak”
“yakinlah Ran,
tulisan mu layak untuk dilihat semua orang” ujar Yola.
Dengan wajah yang penuh harapan Rani dan Yola
menantikan pengumuman juara lomba. Dan tak disangka tibalah dalam penghujung
acara. Tak terduga pemenangnya adalah Rani Mahara yaitu Rani sebagai juara
pertama.sumber gambar:http://catatanharianamel.blogspot.com/2011/11/sahabat-sejati.html
0 komentar:
Posting Komentar