Kamis, 10 Januari 2013

BERLIAN NAMPAK DIAKHIR


Suatu ketika Rani sedang termenung dalam kegelapan sunyi, angin meniupkan helai rambutnya. Rani meratapi sebuah hasil jerih payahnya yang mendapat nilai jauh dibawah cukup. Sepanjang malam dia merenung terdiam bagai tak ada semangat dari dalam dirinya. Rani yang dulu riang, yang dulu ceria, yang dulu aktif, kini hanya ulasan belaka. Akibat sebuah nilai yang jauh dibawah cukup, cacian hinaan ia dapatkan. Sungguh ironis kisah Rani pada saat itu.
Esokpun tiba, hari seperti biasa. Rani berjalan menuju kearah air yang mengalir, dibasuhnya muka dan tangannya. “Ya Tuhan, apa salah ku hingga Engkau memberikan cobaan yang cukup berat ini”, ucap Rani dengan air mata mengalir deras. Kembalilah Rani merenung diteras rumahnya. Secarik kertas dan satu tangkai bolpen menemaninya, dia torehkan semua apa yang ia rasakan dalam ke dalam kertas.
“Nilai, seberapa berharganya dirimu hingga kau menjadikan aku seperti ini, nilai mutlak dari jerih payah ku, kau hargai berapa!. Aku sudah berusaha semampu ku, tapi mengapa kau tak memberikan ku kesempatan untuk mendapatkan mu yang lebih baik.”
Masih banyak lagi perasaan yang ia tuangkan dalam kertas tersebut. Rani, wajah pucat rambut kusam tiada terawat.
Ketika Rani sedang menulis, tiba-tiba ada seorang gadis yang mengintipnya, Yola namanya. Gadis cantik dan pintar, ia tinggal tidak jauh dari rumah Rani.
Melihat Rani dengan penampilan yang kotor, Yola iba melihatnya. Kemudian Yola mendekatinya dengan perlahan-lahan. Rani terkejut melihat Yola didepannya, dengan muka panik Rani melempar kertas dan bolpennya ke arah Yola, Rani pun kemudian lari kedalam rumahnya. Melihat kertas yang dilempar Rani, Yola pun mengambilnya dan kemudian dibawanya pulang.
Sesampai dirumah kertas yang dilempar oleh Rani kemudian dibaca oleh Yola. Mata Yola berkaca-kaca ketika membaca kertas itu. Kertas itu berisi curahan perasaan Rani atas kekecewaannya terhadap nilai yang ia dapat. Pada saat itu Yola tergugah nalurinya untuk memberikan suatu motivasi kepada Rani agar mau berusaha kembali bangkit dari keterpurukannya.
Keesokan harinya Yola berkunjung ke rumah Rani. Seperti biasa Rani sedang menulis di depan rumahnya. Dengan wajah yang ramah Yola pun menyapa Rani, dimaksudkan agar Rani tidak terkejut dan lari melihatnya.
“Rani, How are you?” tanya Yola.
Tidak ada jawaban dari Ran. Kemudian Yola memegang tangan Rani dengan hati-hati. Rani kaget dengan apa yang dilakukan oleh Yola. Yola pun berusaha menenangkan Rani.
“mau apa kamu”, ujar Rani.
Dengan lembut Yola menanggapi Rani, dengan penuh perhatian yang lebih. Tak lama Rani pun luluh dengan Yola, suasanapun sudah tenang. Yola mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh Rani saat ini. Yola berusaha membujuk Rani untuk bermain dengannya. Yola mengajak Rani pergi ke sungai tak jauh dari rumahnya. Guna yola mengajak Rani ke sungai adalah agar pikiran Rani sedikit rileks, dengan dibantu oleh alam yang masih murni dan suara air yang begitu deras.
Pada saat Rani dan Yola bermain di sungai, Rani mulai senang dan merasa bebannya berkurang. Sedikit-demi sedikit wajah muram Rani hilang secara perlahan. Melihat hal itu Yola mulai mengajak Rani untuk berbagi cerita tentang hal yang digemari Rani waktu dulu. Hal demikian dilakukan agar Rani terbawa dengan masa yang indah terlebih dahulu agar tidak ada rasa tertekan pada diri Reni mengingat adanya peningkatan yang positif dari diri Reni.
Setiap hari Yola berkunjung ke rumah Rani. Rani dengan hangat menyambut Yola. Mereka kemudian berteman akrab.
Tanpa sepengetahuan Rani, diam-diam Yola telah mengirim tulisan-tulisan Rani ke sebuah lomba menulis karangan. Yola mengajak Rani untuk menghadiri acara tersebut tanpa mengetahui bahwa acara tersebut adalah puncak dari pengumuman lomba yang mengikutsertakan tulisan Rani. Setiba disana Rani tampak kebingungan karena belum pernah ia menghadiri acara-acara semewah itu.
“untuk apa kita kesini Yola?” tanya Rani.
“ya untuk kamu lah” jawab Yola.
“untuk aku?(bingung) memangnya aku kenapa?”
“maaf ya Ran sebelumya, kamu ingat tidak, dulu waktu kita pertama ketemu. Kamu melempar kertas-kertas ke aku. Kertas itu aku baca, dan isinya itu bagis sekali maka dari itu aku kirimkan tulisan kamu untuk diikutkan lomba” Yola cemas.
“Yola, aku kan malu. Isi dari kertas itu tak pantas untuk aku perlihatkan ke orang banyak”
“tidak Ran, menurutku itu tulisan bagus sekali. Dengan mengikuti lomba ini orang-orang yang pernah menghina kamu dan mencaci kamu sadar bahwa nilai jelek bukan akhir dari segalanya dan bukan harga mati. Kamu mempunyai bakat dibidang lain, contohnya dalam menulis. Kamu adalah seorang penulis yang hebat.” Yola meyakinkan Rani.
“tapi aku tak yakin dengan tulisan ku, apakah diterima atau tidak”
“yakinlah Ran, tulisan mu layak untuk dilihat semua orang” ujar Yola.
Dengan wajah yang penuh harapan Rani dan Yola menantikan pengumuman juara lomba. Dan tak disangka tibalah dalam penghujung acara. Tak terduga pemenangnya adalah Rani Mahara yaitu Rani sebagai juara pertama.

sumber gambar:http://catatanharianamel.blogspot.com/2011/11/sahabat-sejati.html

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar